Berita hoax yang
menyebar di tengah masyarakat lewat media sosial atau portal-portal berita,
menimbulkan keresahan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Kemunculannya menimbulkan segregasi kuat di tengah masyarakat yang berakibat menghabiskan
energi cukup besar untuk sekadar berdebat di dunia maya. Budaya orang Indonesia
yang bangga ketika mereka dapat menyebarkan berita pertama kali, baik itu
berita benar atau tidak, juga menjadi salah satu sebabnya.
Saat ini berita hoax sudah
dibuat sedemikian rupa menyerupai berita asli, dilengkapi dengan data-data yang
seolah-olah itu adalah fakta. Kemunculan berita
hoax ini disebabkan ada pihak-pihak ingin membuat situasi menjadi kacau dan mengambil keuntungan dari sana.
hoax ini disebabkan ada pihak-pihak ingin membuat situasi menjadi kacau dan mengambil keuntungan dari sana.
Media penyebaran berita hoax
dilakukan melalui portal-portal berita dan media sosial. Portal berita
memproduksi konten hoax dengan beberapa tujuan, antara lain yang
paling sering ditemui adalah alasan politik sekaligus ekonomi. Beberapa portal
yang ditengarai memproduksi konten berbau hoax punya alasan kuat
secara politik untuk mengkritik pemerintah. Media sosial, yang banyak dipakai
untuk menyebarkannya adalah Facebook dan Twitter. Berita, grafis, dan video hoax
disebarkan secara sistematis dan masif lewat akun-akun media sosial.
Selain media sosial, WhatsApp
sering kali juga digunakan sebagai media penyebaran. WhatsApp relatif lebih
sulit untuk dipantau karena sifatnya tertutup. Penyebaran lewat WhatsApp ini
sangat efektif dan cepat karena modal sosial budaya masyarakat yang gemar
berbagi cerita.
Contoh Berita Hoax
Pokemon Go: 'Aku Yahudi'
Begitu Nintendo dan Niantic Labs meluncurkan aplikasi permainan Pokemon Go, semua orang, termasuk masyarakat Indonesia, langsung kecanduan dengan permainan yang mengusung teknologi augmented reality ini.
Ketika pemain tengah "sibuk" menangkap Pokemon dengan perangkat ponsel pintarnya, muncul sebuah isu yang cukup mengagetkan sekaligus menggelitik mengenai Pokemon Go. Isu yang disebar melalui media sosial ini menyebutkan Pokemon Go memiliki arti: Aku Yahudi. Tidak hanya nama aplikasinya saja, nama-nama monster yang ada di dalam game juga disebut mempunyai makna, seperti Pikachu yang berarti: Jadilah Yahudi. Si penyebar hoax menyebut itu adalah arti dalam bahasa Syriac atau bahasa Suryani.
Nintendo sendiri membantah rumor ini dengan menyebutkan Pokemon tidak memiliki keterkaitan dengan agama. Pokemon sendiri berarti Pocket Monster atau monster saku. Bantahan juga diberikan oleh profesor Universitas Al-Azhar, Mohammed abu Laila. Menurutnya, nama karakter Pokemon tidak memiliki bukti yang valid sebagai ajakan Yahudi.
Solusi Melawan Hoax
Lalu bagaimana pemerintah
menyikapi hal ini, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
Pertama,
pemerintah bisa mengambil peran sebagai penengah dalam waktu sesegera mungkin,
dalam hal ini sebagai verifikator, baik lewat akun resmi pemerintah maupun
akun yang bisa diajak bekerja sama. Setiap berita hoax dan palsu
yang menyerang kebijakan sebuah instansi, tidak lagi memerlukan waktu lama
untuk diklarifikasi. Klarifikasi tidak hanya dalam bentuk teks, tetapi juga
dalam bentuk grafis maupun video yang diproduksi dalam waktu singkat dan
didistribusikan lewat jalur tradisional maupun media sosial atau situs resmi.
Kedua,
pemerintah melakukan pendekatan terhadap akun-akun berpengaruh, memberikan
pengertian sejauh mana bahaya isu-isu liar yang berkembang di media
sosial. Media sosial bekerja sebagai penggiring opini, sehingga akun-akun
berpengaruh mempunyai peran besar. Akun-akun berpengaruh ini bisa dalam bentuk
akun personal asli maupun akun kelompok.
Ketiga, bekerja
sama dengan Google untuk menghapus konten hoax dari mesin pencari
mereka. Dengan kondisi Google bermasalah pajak, seharusnya pemerintah bisa
melakukan proses lobi dengan posisi lebih kuat. Apalagi banyak web dan blog
penyebar konten hoax memakai platform berbasis blogspot
atau blogger milik Google.
Keempat,
pemerintah membuat satu situs atau aplikasi resmi yang bisa menjelaskan pada
masyarakat mana saja situs yang berbahaya untuk dibuka, karena kontennya yang hoax,
atau berita-berita apa saja yang ternyata tidak benar. Ini menjadi rujukan
utama bagi masyarakat.
Terakhir,
melibatkan masyarakat umum secara langsung dengan membuat suatu komunitas yang
bertujuan untuk memerangi hoax karena peran serta masyarakat juga
dibutuhkan bagi pemerintah dalam persoalan ini. Komunitas ini dapat membantu
pemerintah dengan cara melaporkan berita-berita hoax yang beredar dan
menyampaikan kebenaran atas suatu berita hoax.
Cara melaporkan hoax
Apabila menjumpai informasi
hoax, bagaimana cara mencegahnya supaya tidak merugikan orang banyak? Pengguna
internet bisa melaporkan hoax tersebut melalui sarana yang tersedia di
masing-masing media.
Untuk Facebook, gunakan fitur
Report Status dan kategorikan informasi hoax sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening,
atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak aduan dari netizen, biasanya
Facebook akan menghapus status tersebut.
Untuk Google, bisa menggunakan
fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian apabila
mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk
melaporkan twit yang negatif, demikian juga dengan Instagram.
Pengguna internet dapat
mengadukan konten negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan
melayangkan e-mail ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id.
Masyarakat Indonesia Anti Hoax
juga menyediakan laman data.turnbackhoax.id untuk menampung aduan hoax dari
netizen. TurnBackHoax sekaligus berfungsi sebagai database berisi referensi
berita hoax.
No comments:
Post a Comment